Ilmu Sosial:

Menjadi Umat Allah di Tengah Dunia  

Manusia dicipta menurut DNA Allah Tritunggal—hidup dalam relasi, bukan sendiri. Maka, kita hadir di tengah dunia ini untuk membawa harapan, bukan keputusasaan.

Allah yang Berelasi, Manusia yang Berelasi


Allah Tritunggal adalah Allah yang hidup dalam relasi kekal. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah pun diciptakan untuk berelasi, bukan hanya dengan Allah, tetapi juga dengan sesama dan dunia ciptaan.


Without It, one cannot live. Yet whosoever lives only with It, is not human.

Tanpa benda, kita tidak dapat hidup. Akan tetapi, barangsiapa hidup dengan benda saja, dia bukan manusia.

Martin Buber

Sosiologi di Persimpangan Teologi

Sosiologi membahas hubungan manusia dengan sesamanya, sebagaimana teologi membahas hubungan manusia dengan Allah. Keduanya bertemu dalam pemahaman bahwa manusia adalah makhluk sosial dan spiritual yang mencari makna.

 Manusia bertindak dalam masyarakat berdasarkan nilai yang diyakini, entah itu budaya, iman, atau pengalaman pribadi.  

Manusia adalah Makhluk Sosial


Istilah: Homo socious – manusia adalah makhluk sosial.

Kita tidak diciptakan untuk hidup seorang diri dan bukan sebuah objek di tengah dunia ini.

Alkitab menegaskan pentingnya relasi:

"Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya..." (Kej. 1:27),

"Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja." (Kej. 2:18)

Covenant dan Perjumpaan yang Mengubah

John Calvin menekankan bahwa manusia adalah covenantal beings—pribadi yang dibentuk untuk hidup dalam janji kudus dengan Allah dan sesama. Relasi bukan sekadar kontak, tapi perjumpaan yang mengubah.

Kita dipanggil bukan untuk sekadar bertemu, tetapi berjumpa.  

Dunia yang Penuh Kevakuman Sosial

Permasalahan sosial seperti rasisme, konflik kelas, ketimpangan ekonomi, dan bahkan krisis identitas seksual menunjukkan kevakuman spiritual yang mendalam. Tanpa relasi dengan Allah, manusia kehilangan jati dirinya dan mulai mencari pengganti dalam hal-hal fana. 

Harapan di Tengah Kehidupan Sosial

Sosiologi dapat menganalisis masalah, tetapi tidak dapat memberi solusi sejati. Hanya Injil yang mampu memberikan pengharapan yang kekal. Harapan itu telah dinyatakan dalam kebangkitan Kristus—bahwa penderitaan dan kejahatan bukan akhir dari segalanya.

Etika Sosial: Menjadi Garam dan Terang  

Sebagai umat Allah di tengah dunia, kita dipanggil bukan untuk menyelamatkan dunia, melainkan menjadi saksi bahwa Allah telah menyediakan keselamatan melalui Kristus. Kita hadir membawa rasa dan terang kebangkitan, sebagai “preview” dari kerajaan Allah yang akan datang.

Yesus sudah bangkit. Maka, kita hidup dan bekerja di dunia ini dengan etika kebangkitan—menghadirkan harapan, bukan hanya wacana.

“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi... demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang...”
(Matius 5:14–16)

Penulis:  Kevin Nobel, S.Sos., M.A

Mulailah dari yang kecil: dengarkan, peduli, dan tanggapi ketidakadilan di sekitarmu dengan kasih Kristus

Bertumbuh dalam Iman dan Karakter di Sekolah Kristen Calvin 

Daftar Sekarang