Filsafat:
Mencari Kebenaran
dalam Terang
Kerajaan Allah
Berpikir kritis, menyeluruh, dan mendasar
sebagai bagian dari panggilan manusia dalam Kristus.
Kenapa Kita Perlu Berfilsafat?
“Orang yang mengetahui untuk apa ia hidup akan lebih kuat untuk bertahan hidup bagaimana pun keadaannya.”
— Nietzsche
Pertama, tidak seperti hewan, manusia secara alamiah merefleksikan eksistensinya sendiri (setidaknya pada beberapa fase dalam kehidupannya) baik hal ini dianggap baik atau pun tidak. Jadi berfilsafat itu seperti bernapas, berbicara, makan, minum, dan buang air. Anda secara sadar atau tidak akan melakukannya.
Kedua, memang ada alasan yang baik untuk melakukan aktivitas berfilsafat ini, yakni untuk mendapatkan alasan rasional yang kuat dalam menghadapi beratnya kehidupan. Nietzsche mengatakan bahwa orang yang mengetahui untuk apa ia hidup akan lebih kuat untuk bertahan hidup bagaimana pun keadaan hidupnya. Karena kehidupan ini pada umumnya berat dan berisi banyak penderitaan, filsafat itu diperlukan untuk memperlengkapi anak-anak manusia menghadapinya dengan lebih tabah dan berani.
Di atas dua poin ini saya akan menambahkan mengapa kita sebagai orang-orang Kristen, yakni mereka yang percaya bahwa pemerintahan Tuhan telah tiba di bumi, di dalam kedatangan, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus dari Nazareth, perlu juga untuk berfilsafat.
Apa Itu Filsafat Kristen?
Sebuah filsafat dapat “menjadi Kristen”, menurut hemat saya, karena ia memiliki ciri khas yang dimiliki oleh pengharapan Kristiani (yaitu Kerajaan Allah, yang adalah pengharapan Israel dan yang telah digenapi oleh Yesus dari Nazaret) dan dimungkinkan oleh pengharapan yang diterima melalui iman tersebut. Jadi filsafat Kristen dihasilkan oleh aktivitas rasional-konseptual yang terus menerus secara kritis mempertanyakan segala sesuatu guna mencapai pemahaman yang menyeluruh, mendasar, dan relevan kepada realitas sebagaimana dimungkinkan oleh datangnya Kerajaan Allah di dalam peristiwa-peristiwa di seputar kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus dari Nazareth.
Tujuan filsafat Kristen ini jelas melampaui kegunaan-kegunaan apologetis yang pada mulanya menjadi alasan mengapa orang-orang Kristen berinteraksi dengan filsafat Yunani kuno. Tujuan orang-orang Kristen mengembangkan filsafat yang Kristiani adalah karena aktivitas berfilsafat itu adalah bagian tak terpisahkan dari kemanusiaan dan panggilan kita sebagai manusia, dan sekarang di dalam era datangnya Kerajaan Allah kita umat Yesus Kristus memiliki apa yang tidak dimiliki mereka yang tidak percaya.
Bagaimana Filsafat Diajarkan di SKC?
Penciptaan
(Creation)
Kejatuhan
(Fall)
Penebusan
(Redemption)
Pemuliaan
(Consummation)
Pendekatan yang digunakan Sekolah Kristen Calvin adalah melalui cerita. Ini menjadikan filsafat sebagai kumpulan kisah pertualangan seru para filsuf yang berusaha mengubah peradaban dunia melalui pemikirannya. Ada yang berhasil, tetapi banyak juga yang gagal. Kisah para filsuf tersebut disajikan secara historis mulai dari masa Yunani kuno, abad pertengahan, modern, hingga postmodern sehingga peserta didik akan memiliki gambaran besar pemikiran filsafat.
Tentu saja tidak ada ilmu filsafat yang netral. Itu sebabnya titik berangkat pembelajaran filsafat di Sekolah Kristen Calvin adalah kisah Kerajaan Allah yang berdasarkan otoritas Alkitab, yakni penciptaan, kejatuhan, penebusan, dan pemuliaan (CFRC). Ini menjadi semacam kacamata yang digunakan untuk mengkritisi kebenaran dan kelemahan dari setiap filsuf dan pemikirannya.
Di tengah era kemajuan teknologi saat ini, peserta didik dibanjiri oleh ide-ide yang hadir di depan mereka. Seperti layaknya sebuah pasar yang menawarkan berbagai hal, demikian pula ide-ide dunia berusaha menggoda dan menawan pemikiran generasi muda.
Oleh sebab itu diperlukan cara pandang dan pola pikir yang benar, rasional, kritis, mendasar, dan menyeluruh dalam rangka mengevaluasi setiap ide yang ditawarkan oleh dunia. Dengan apa sekolah memperlengkapi peserta didik yang memiliki pola pikir demikian sehingga dapat memilih apa yang benar dan menyenangkan Tuhan? Jawabannya barangkali adalah dengan mengajak anak-anak berfilsafat sebagai anak-anak Tuhan.
Filsafat adalah bagian tak terpisahkan dari kemanusiaan dan panggilan kita sebagai manusia — dan sebagai umat Yesus Kristus, kita memiliki apa yang tidak dimiliki dunia.
Penulis: Pdt. Jadi S. Lima / Anthony Salim
Ajak Anak Anda Menjadi Pemikir Kristiani
Berpikir yang kritis dan berlandaskan iman